Inikah Rahasia Misteri “Crop Circle”?

listentrue.livejournal.com
Crop circles yang membentuk pola cantik di luar negeri.

KAMIS, 4 AGUSTUS 2011 | 04:07 WIB

KOMPAS.com — Fenomena crop circle bisa dijelaskan secara Fisika. Pola yang muncul bisa jadi dihasilkan dari gelombang mikro dari Bumi, laser, dan GPS. Demikian dijelaskan oleh Richard Taylor, peneliti dari University of Oregon, AS, yang sekaligus mengungkap bahwa jejak pola simetris di areal pertanian tersebut tidak ada kaitannya dengan makhluk luar angkasa.

Crop circle diperkirakan muncul lebih dari 10.000 kali di sepanjang abad 20. Setiap kemunculannya selalu dikaitkan dengan keberadaan makhluk luar angkasa, bahkan hal-hal yang berhubungan dengan supranatural.

Baru pada 1991, muncul pengakuan pertama dari pembuatcrop circle. Ia mengaku membuat crop circle untuk menebar gosip tentang UFO. Meski begitu, penjelasan tersebut masih meninggalkan pertanyaan di kalangan para ilmuwan: bagaimana bisa karya seni seperti itu dibuat tanpa meninggalkan jejak sedikit pun, dan biasanya dapat rampung dalam satu malam.

Dalam penjelasannya, Richard Taylor menampik penggunaan sejumlah alat tradisional yang mungkin digunakan untuk membuat crop circle. “Di zaman modern, penggunaan papan dan tali untuk merebahkan tanaman dan bangku untuk melompat dari satu area ke area lain agar tak meninggalkan jejak, rasanya terlalu merepotkan untuk mendapatkan hasil dalam waktu singkat,” kata Taylor.

Menurut Taylor, pembuat crop circle dapat menggunakan perangkat berteknologi tinggi, seperti perangkat GPS untuk menempatkan bentuk dan magnetron, tabung yang menggunakan tenaga listrik dan magnet untuk menghasilkan panas tinggi, untuk merebahkan tanaman dengan kecepatan tinggi.

Meski terkesan sahih dan masuk akal, penjelasan Taylor tidak serta-merta bisa diterima, sampai ada pembuat crop circle yang mau menjelaskan trik-trik pembuatannya. Meski begitu, pernyataan Taylor yang dimuat di Physics World ini bisa dijadikan referensi.

“Taylor sudah bertindak sebagai ilmuwan yang baik, menguji fakta terkait desain dan konstruksi crop circle tanpa terbawa arus UFO, gosip, dan alien,” kata Matin Durrani, editor Physics World. (National Geographic Indonesia/Ni Ketut Susrini)

Dapatkan artikel ini di URL:
http://www.kompas.com/read/xml/2011/08/04/04073985/Inikah.Rahasia.Misteri.Crop.Circle

Perubahan Iklim Ancam Kedamaian

dea.org.au
Poster Perubahan Iklim dan Pemanasan Global

SABTU, 23 JULI 2011 | 23:14 WIB

PARIS, Kompas.com – Tanpa antisipasi serius, perubahan iklim global diyakini akan mengancam kedamaian dan keamanan global di masa depan. Demikian diingatkan Achim Steiner, pejabat senior dari PBB.

Di lain pihak, perubahan iklim juga terbukti meningkatkan skala bencana alam. Kombinasi keduanya ini menjadi tantangan terbesar dalam beberapa dekade ke depan.

Ancaman ini, nyatanya mulai terjadi, sebagai contoh di Somalia.

Negara ini hingga saat ini terus dilanda persoalan perang saudara dan kelaparan akibat terbatasnya sumber daya alam dan kondisinya terus diperparah perubahan iklim. Tampak jelas, komunitas global-jika betul skenario terkait perubahan iklim di masa depan betul terjadi, kita akan menghadapi banyak kejadian ekstrim (seperti terjadi di Somalia), ujarnya.

Komentar ini disampaikannya terkait perdebatan di Dewan Keamanan PBB yang menyangkut isu lingkungan. Kaitan perubahan iklim global dengan kedamaian global dan keamanan pertama kalinya dilontarkan delegasi dari Jerman.
Yulvianus Harjono

Dapatkan artikel ini di URL:
http://www.kompas.com/read/xml/2011/07/23/23143620/Perubahan.Iklim.Ancam.Kedamaian

Material Misterius Muncul di Kutub Utara

NOAA
Material misterius berwarna oranye dilihat dengan mikroskop diketahui merupakan kumpulan telur, namun belum dipastikan dari mana asal spesiesnya.

KAMIS, 11 AGUSTUS 2011 | 17:29 WIB

KOMPAS.com – Pekan lalu, sebuah material misterius berwarna oranye muncul di kutub utara Bumi. Para ilmuwan belum dapat memberikan jawaban yang pasti untuk menjelaskan material tersebut.

Material tersebut tersapu gelombang di sepanjang pesisir Arktika di Kivalina, Alaska dan membanjiri Desa Inupiat, Eskimo. Di sana, matahari mengeringkan material dan angin menyebarkannya bagai debu. Ketika ditemukan beberapa kilometer di kawasan air tawar Sungai Wulik, material oranye itu berubah menjadi liat dan lengket serta mengeluarkan bau seperti gas.

Anehnya, saat diambil dari laut, substansi itu tidak memiliki bau dan ‘sangat lembut. “Bentuknya seperti minyak bayi,” kata Janet Mitchell, seorang pejabat kota Kivalina.

Setelah gelombang tinggi menyapu material oranye itu pergi, masyarakat setempat baru menyadari bahwa material mungkin pula beracun. Pasalnya, sejumlah ikan kecil mati setelah material itu hadir di pantai. Akan tetapi, ilmuwan belum dapat memastikan hal tersebut.

Sampel material dikirimkan ke Auke Bay Laboratories milik NOAA Alaska Fisheries Science Center di Juneau untuk diidentifikasi. Di bawah mikroskop, tampak struktur seluler yang berbentuk seperti manik-manik, memberi petunjuk bahwa material jingga itu merupakan serangkaian telur-telur ikan.

Akan tetapi, ahli biologi kelautan tidak menganggap ikan-ikan kecil yang mati merupakan induk telur-telur tersebut. “Kami telah menentukan bahwa ini merupakan telur hewan invertebrata kecil meski kami tidak bisa menyebutkan spesiesnya secara pasti,” kata Jeep Rice, seorang ketua ilmuwan NOAA di laboratorium Juneau.

“Saat ini kami perkirakan bahwa material jingga merupakan telur atau embrio sejenis binatang air kecil berkulit keras. Tetesan molekul yang larut dalam lemak di bagian tengah yang menyebabkan munculnya warna oranye,” ucapnya.

Kivalina Village dan lab NOAA di Juneau kini menunggu kabar dari laboratorium lain di South Carolina yang memiliki spesialisasi di pertumbuhan fitoplankton untuk mempelajari identitas induk dari telur-telur yang menginvasi itu. “Kami sangat tidak sabar untuk mengetahuinya,” kata Julie Speegle, juru bicara lab Juneau. (National Geographic Indonesia/Abiyu Pradipa)

Dapatkan artikel ini di URL:
http://www.kompas.com/read/xml/2011/08/11/17291235/Material.Misterius.Muncul.di.Kutub.Utara

Astronom Eropa Temukan Bintang Terlarang


www.physorg.com
Tim astronom Eropa berhasil menemukan sebuah bintang terlarang dengan Very Large Telescope (VLT) European Southern Observatory.

MINGGU, 4 SEPTEMBER 2011 | 13:33 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com – Tim astronom Eropa berhasil menemukan sebuah bintang terlarang dengan Very Large Telescope (VLT) European Southern Observatory. Bintang itu bernama SDSS J102915+172927, terletak di Konstelasi Leo, bermassa lebih rendah namun lebih tua 13 tahun dibandingkan dengan Matahari.

Penemuan ini dipublikasikan di jurnal Nature, Kamis (1/9/2011) lalu. Astronom mengatakan bahwa SDSS J102915+172927 adalah bintang terlarang karena berdasarkan komposisinya, hampir seluruhnya terdiri dari elemen hidrogen dan helium, minim unsur logam lain yang lebih berat.

“Teori yang diterima secara luas memprediksikan bahwa bintang semacam ini, dengan massa rendah dan minim logam, tidak seharusnya ada karena awan materi yang membentuknya tidak bisa terkondensasi,” kata Elisabetta Caffau dari Zentrum fur Astronomie der Universitat Heidelberg, Jerman.

“Bintang ini sangat redup, sangat miskin logam, kita hanya bisa melihat tanda adanya satu unsur yang lebih berat dari helium, yakni kalsium, pada observasi pertama,” tambah Piercarlo Bonifacio dari Observatoire de Paris, seperti dikutip Physorg, Rabu (31/8/2011) lalu.

Komposisi bintang diukur dengan X-shooter dan instrumen UVES pada VLT. Teknik ini memungkinkan ilmuwan untuk melihat kelimpahan beragam unsur kimia pada bintang.

Berdasarkan analisis, kandungan logam pada bintang terlarang ini 20.000 kali lebih kecil dari Matahari. Ilmuwan lain yang terlibat studi, Lorenzo Monaco, mengatakan, “bintang yang kita pelajari sangat miskin logam, artinya ini sangat primitif. Bintang ini mungkin menjadi salah satu bintang tertua yang pernah ditemukan.”

Para kosmolog mempercayai, hidrogen dan helium terbentuk sesaat setelah big bang. Pada saat yang hampir bersamaan, unsur Lithium juga terbentuk. Sementara, unsur logam lain terbentuk dalam waktu jauh lebih lama setelah big bang. Ledakan supernova menyebarkan material pembentuk bintang ke interstellar medium, membuatnya kaya akan logam.

Bintang baru terbentuk dari medium ini dan memiliki kandungan logam lebih banyak dari bintang sebelumnya. Jadi, proporsi logam di suatu bintang bisa memberi petunjuk usianya. Satu lagi keunikan SDSS J102915+172927 adalah kandungan lithiumnya.

Berdasarkan teori, seharusnya jumlah lithium banyak sebab unsur ini terbentuk segera setelah big bang. Namun, ternyata jumlah lithium yang ada pada bintang ini 50 kali lebih rendah dari yang seharusnya. “Masih merupakan misteri mengapa lithium yang terbentuk segera setelah big bang seperti dihancurkan pada bintang ini,” tambah Bonifacio.

Caffau yang juga dari Observatoire de Paris, Perancis mengatakan, “Sangat mengejutkan bisa menemukan, untuk pertama kalinya, bintang pada “zona terlarang”. Ini berarti bahwa kita mungkin harus melihat lagi beberapa model pembentukan bintang.”


Yunanto Wiji Utomo

Dapatkan artikel ini di URL:
http://www.kompas.com/read/xml/2011/09/04/13330061/Astronom.Eropa.Temukan.Bintang.Terlarang.

Boaz-Bustomi Siap Tampil Lawan Bahrain


KOMPAS IMAGES/KRISTIANTO PURNOMO
Pemain Persipura Jayapura, Boaz Salossa.

SABTU, 3 SEPTEMBER 2011 | 23:34 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com – Tim nasional Indonesia dipastikan tanpa Muhammad Ilham dan Zulkifli Syukur saat menjamu Bahrain dalam lanjutan pertandingan lanjutan Grup E kualifikasi Piala Dunia 2014 Zona Asia, Selasa (6/9/2011). Meskipun demikian, tim “Merah Putih” mendapatkan amunisi baru yakni Boaz Solossa, Ahmad Bustomi, dan Ricardo Salampessy.

Dalam rilis yang diterima Kompas.com, Zulkifli dan Ilham dipastikan absen pada pertandingan nanti karena mendapatkan akumulasi kartu kuning saat melawan Iran. Hadirnya Boaz, Bustomi, dan Ricardo akan membuat timnas semakin solid.

Peran Boaz dan Bustomi sangat vital bagi timnas. Bustomi mampu menjadi penyeimbang tim di tengah, dan Boaz memiliki skill tinggi untuk mendobrak pertahanan lawan.

Saat Indonesia ditekuk Iran 0-3, terlihat jelas pemain barisan depan “Garuda” kekurangan suplai bola dari lini tengah dan kekuarangan sosok pendobrak. Lini belakang Indonesia juga akan semakin kuat dengan hadirnya Ricardo. Rencananya, ketiga pemain tersebut akan menjalani official training pada Senin (5/9/2011) nanti.

Bahrain dijadwalkan mendarat di bandara internasional Soekarno-Hatta pada Sabtu (3/9/2011) malam pukul 21:45 WIB. Mereka menggunakan penerbangan Qatar airlines (QR 670). Sementara Firman Utina dan kawan-kawan baru tiba di Jakarta pada Minggu (4/9/2011) malam pukul 22:25 WIB.

Perangkat pertandingan yang akan bertugas dalam pertandingan ini juga baru tiba di Jakarta pada hari Minggu (4/9/2011). Akan bertugas sebagai Match Commissioner adalah Salman Al Namshan dari Saudi Arabia. Sedangkan wasit yang akan memimpin pertandingan ini adalah Lee Min Hu dari Korea Selatan. Ia akan dibantu oleh dua asisten wasit Choi Min Byuong dan Young Ha Kim, serta wasit cadangan Jo Hyung Jin. Semuanya berasal dari Korea Selatan.


Ferril Dennys

Dapatkan artikel ini di URL:
http://www.kompas.com/read/xml/2011/09/03/23340977/Boaz-Bustomi.Siap.Tampil.Lawan.Bahrain.