SUMBER BIODIESEL DI PEKARANGAN

SUMBER BIODIESEL DI PEKARANGAN

SUMBER : http://www.indobiofuel.com/gratis%2015.php


Bagi penjaja es campur, biji alpukat menjadi jatah keranjang sampah. Asal sudah dikerok dagingnya, biji dibuang percuma. Beberapa tahun kedepan biji Persea americana pasti bakal jadi rebutan. Ekstrak biji alpukat mengandung fatty acid methyl esters yang berpotensi sebagai bahan bakar alternatif; avocado biodiesel.

Sebutir buah sejuta manfaat sesaat lagi bakal disandang alpukat. Ketebalan buah yang menggiurkan berpadu dengan kegunaan biji sebagai bahan bakar alias bio energi. Kelak bukan mustahil mobil berbahan bakar minyak alpukat akan melintas dijalanan layaknya mobil biasa.
Itu sudah terjadi di Amerika Serikat sejak akhir 2004. Serombongan ekolog yang dipimpin Zak Zaidman melakukan melakukan perjalanan dari California ke Costarica berkendaraan bus berbahan bakar biodiesel alpukat. bus keluaran sebuah pabrik di Amerika serikat tahun 1974 itu diisi dengan 130 ltr minyak alpukat. Bus melintasi Guatemala, El Savador, Honduras, Nicaragua, dan terakhir Costarica dengan bahan bakar tersisa 55 ltr. Itu karena kadar belarang dalam Persea Americana kurang dari 15 ppm (kadar belerang solar umumnya 1.500-4.100 ppm) sehingga pembakaran berlangsung sempurna. Emisi CO dan CO2 bisa ditekan sehingga polusi udara pun bisa dikurangi.

Beragam penelitian mendukung penggunaan minyak alpukat sebagai biodiesel. The National Biodiesel Foundation (NBF), telah meneliti buah persea sebagai bahan bakar sejak 1994. “Alpukat mengandung lemak nabati yang tersusun dari senyawa alkyl ester,” papar Joe Jobe, executive director NBF. Bahan ester itu memiliki komposisi sama dengan bahan bakar diesel solar, bahkan lebih baik nilai cetane nya dibandingkan solar. Pantas bila gas buangannya pun lebih ramah lingkungan.

Banyak Pilihan
Tak hanya alpukat yang bisa diekstrak menjadi biodiesel. Beragam tanaman lain berpotensi serupa. Sebut saja kelapa sawit Elaeis guineensis. Hasil perasannya mengandung senyawa yang tergolong monoalkil ester atau metil ester dengan panjang rantai karbon 12-20. Itulah yang membedakan dengan petroleum diesel (solar) yang komponen utamanya karbon.

Lembaga Riset Perkebunan Indonesia (LRPI), Bogor, Jawa Barat, mengujicobakan palm biodiesel sejak 1992. “Dengan kecepatan konstan, konsimsi mesin, baik dengan solar maupun biodiesel hampir sama,” ujar Tjahjono Herawan dari Pusat Penelitian Kelapa Sawit LRPI. Bahkan Penggunaan minyak sawit mampu mengurangi emisi karbon monoksida dan yang pasti bebas sulfur. Sebab, minyak sawit tidak mengandung sulfur dan tanpa karbondioksida.

Zea mays alias jagung juga berpotensi diperas sebagai biodiesel. Selain biji, kulit dan batangnya mengandung etanol. Unsur itu dapat digunakan sebagai bahan bakar kendaraan atau untuk pencampur bensin sehingga dihasilkan gasohol.
Etanol istimewa lantaran tingkat oktannya lebih tinggi (104 RON) dibandingkan dengan bensin biasa (95-98 RON). Saat dicampur dengan bensin, maka kadar oktan bensin akan meningkat tiga angka, hasilnya kinerja mesin juga akan meningkat. Selain itu, penggunaan gasohol juga membuat busi dan pelumas mesin tetap bersih karena pembakarannya lebih sempurna. Kementrian Riset dan Teknologi (RISTEK) turut mengeluarkan bahan bakar minyak alternatife guna menekan penggunaan BBM. Hanya saja gasohol dari kementrian RISTEK menggunakan singkong sebagai bahan dasar.

Deputi Bidang Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi BPPT, Wahono Sumaryono, menjelaskan, bahan gasohol adalah singkong yang diproses menjadi ethanol anhydrous 99% atau bioetanol fuel grade (FGE). FGE dapat dicampur bensin hingga 20 %, sebagai aditif atau pengganti bahan bakar otomotif tanpa harus mengubah mesin yang sudah ada.

“Beberapa negara yang telah lama mengaplikasikan gasohol antara lain Amerika Serikat, Kanada, India, Cina, dan Thailand, serta Brazil dengan etanol murni,” ujarnya. Guna memperlancar produksi biodisel itu, diperlukan kepastian ketersediaan singkong secara terus-menerus. Namun, hinga saat ini belum ada pabrik etanol di Indonesia yang mampu memproduksi FGE.

Selain singkong, kelezatan kakao Theobroma cacao ternyata selezat manfaat yang didapat. Selain sehat bijinya mengandung 54-58% minyak lemak dari bobot kering. Sama halnya dengan jagung, minyak biji kakao mengandung etanol yang juga berpotensi sebagai bioenergi.

Tanaman lain yang bisa diekstrak sebagai biodiesel: mimba Azadirachta indica yang 50% daging bijinya mengandung minyak lemak. Pusat Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Laut dan Terestrial bekerja sama dengan Lembaga Penelitian dan Pengembangan Institut Teknologi Bandung, melakukan ekstraksi alkohol pada daging biji nimba. Hasil ekstraksi berupa bungkil alkohol bila diperah menghasilkan minyak nimba. Melalui proses metalonisis atau etalonisis alias penghancuran alkohol akan dihasilkan biodiesel yang berkualitas.

Alkoholis
Senyawa asam lemak dalam biodisel dibuat melalui alkoholis atau transesterifikasi trigliserida dengan methanol/etanol. Tiap molekul trigliserida mengandung tiga gugus asam lemak. Jadi, setiap mol trigliserida yang terkonversi atau termetanolisis akan dikonsumsi tiga mol methanol, dan menghasilkan satu mol gliserin, serta tiga mol ester metil asam-asam lemak. Asam-asam lemak itulah yang bisa digunakan sebagai bahan bakar.

Produk biodiesel mentah yang dihasilkan dari proses metanolisis biasanya harus dimurnikan dari pengotor-pengotor seperti sisa-sisa metanol, katalis, dan gliserin. Itu dilakukan dengan menempatkan biodiesel mentah dalam wadah, disemprot air perlahan-lahan dari bagian atas. Selanjutnya tetesan air itu akan bergerak ke bawah sambil membersihkan biodisel dari pengotor-pengotor itu. Jadi, bersiap-siaplah untuk segera mengendarai mobil berenergi biodiesel yang ramah lingkungan. (Hanni Sofia)

Tanggal Tayang : 27-9-2006
Sumber : Trubus Baca pos ini lebih lanjut

Teknologi Produksi Biodiesel

Teknologi Produksi Biodiesel
 sumber  : http://www.indobiofuel.com/biodiesel%20utama%20teknologi%20pembuatan.php

Terdapat beberapa teknologi proses biodiesel di pasaran dunia. Teknologi proses yang digunakan pada kajian ini dikembangkan oleh perusahaan LURGI di Jerman yang disebut Proses Pengolahan langsung Transesterifikasi. Asumsi penggunaan bahan baku adalah dari minyak sawit (CPO) atau turunnya seperti RPO (Refind Palm Oil), CPS (Crude Palm Stearin), RPS (Refind Palm Stearin). Untuk memudahkan CPO termasuk CPS dan RPO termasuk RPS. Biodiesel kepala sawit atau palm oil metilester berarti adalah produk transesterifikasi yang berasal dari CPO atau RPO.

Kelapa sawit dalam bentuk minyak mentah mengandung 93% minyak biodiesel, 4% Asam lemak bebas atau FFA (Free Fatty Acid) dan sejumlah kecil campuran lainnya seperti impurities atau kotoran dan gum. Bahan baku CPO harus dicampur dengan senyawa asam phospat untuk menghilangkan kotoran seperti gum dan logam dll. Kemudian dibersihkan dengan menggunakan zat bleaching earth diikuti dengan filtralisasi. Minyak yang telah dihilangkan asamnya adalah RPO (kandungan asam lemak bebas < 0,1%) dengan hasil ikutannya berupa Palm fatty acid destilates. RPO kemudian dialirkan melalui pompa untuk ditranesterifikasikan.

Proses transesterifikasi merupakan suatu proses kimiawi dari trigliserida pada RPO dengan metanol dengan menggunakan sodium methylate sebagai katalis untuk menghasilkan biodiesel kelapa sawit (POME) dan glycerin. RPO setelah dipanaskan pada temperatur 750C dimana methanol dan katalis dimasukan dengan 2 alat pencampur, setter yang dilengkapi dengan agiator. Bersamaan dengan reaksi kimia yang berlangsung pada mixer, setlers memisahkan produk yang tidak larut, Biodiesel kelapa sawit (POME) dan gliserin. Larutan POME atau biodiesel kemudian dibersihkan dengan air untuk menghilangkan sisa-sisa methanol, gliserin dan katalis. Minyak biodiesel POME yang masih mengandung metanol kemudian dialirkan dengan uap untuk menghasilkan biodiesel murni, kemudian dipompa ke tangki penyimpanan untuk selanjutnya siap dikirim ke tempat tujuan. Baca pos ini lebih lanjut