Dulu Sekadar Pemanis, Kini Jadi Sumber Energi Alternatif

JAKARTA. Di saat harga bahan bakar minyak meningkat, peme-rintah pun kembali melirik ke bahan bakar nabati (BBN). Salah satu tanaman yang bisa dijadikan bahan baku BBN adalah sorgum manis. Jenis tumbuhan ini bisa diolah menjadi bioetanol.

Direktorat Jenderal Perkebunan, Departemen Pertanian, tengah meneliti potensi pengembangan sorgum. Yang menjadi obyek penelitian sumber energi alternatif itu mulai dari ketersediaan lahan, pembibitan dan pengembangan sorgum manis, serta teknologi pengolahan.

Salah satu yang sedang di-identifikasi adalah peruntukan lahan, Deptan merekomendasikan penanaman sorgum di lahan kritis atau lahan kering atau ra-wan banjir. Maklumlah, tana­man itu punya keunggulan. Yai-tu, kebal terhadap kekeringan maupun banjir.

“Dulu sorgum digunakan un-tuk bahan pemanis, pengganti gula. Sekarang untuk bahan baku bioetanol,” ujar Direktur Jenderal Perkebunan, Deptan,

Ahmad Mangga Barani, saat membuka workshop tentang penggunaan sorgum manis sebagai bahan baku ethanol, di Jakarta, Kamis (7/6).

Untuk merealisasikan peman-faatan sorgum sebagai BBN, Deptan menjalin kerjasama de-ngan ICRISAT (International Crops Research Institute for The Semi-Arid Tropic), sebuah lembaga penelitian yang ber-markas di India.

Daerah yang sudah bersedia untuk mengembangkan sorgum manis, salah satunya, adalah Bang-ka Belitung. Provinsi itu sudah mengembangkan sorgum manis pada tahun 2003. Berdasarkan pengujian, pertumbuhan sorgum hampir mendekati standar produksi senilai 3,5 ton per ha atau mendekati standar 4 ton per ha.

Merujuk data dari Direktorat Jenderal Tanaman Pangan, produktivitas sorgum untuk diolah menjadi etanol mendekati ubi kayu yang bisa mencapai 4.500 liter untuk satu hektare dalam satu tahun.

Untuk pengembangan produksi secara nasional, Deptan akan menargetkan produksi tahun 2007 ini 57.000 ton dengan luas lahan tanam 19.000 hektare. Dan, jumlah itu akan ditingkatkan pada tahun 2009 dengan menar­getkan produksi 75.000 ton.

Wahono Sumaryono dari Ke-deputian Teknologi Agroindustri dan Bioteknologi Balai Pene­litian Pengembangan Teknologi (BPPT) menilai, pengembangan sorgum masih mengalami ham-batan di industri hilir. “Tidak ada yang mengolah dan meman-faatkan biji, batang, nira, mau­pun daunnya,” jelas Wahono. Akibatnya, luas kebun sorgum terus turun. Pada tahun 1981, areal tanam sorgum mencapai 60.000 hektare, namun pada ta­hun 1989 turun menjadi 25.000 hektare.

Deptan memasang target pro­duksi etanol dari sorgum pada 2010 mencapai 22,51 juta kiloli-ter. Angka itu didapat dengan rumus, setiap 3 kg biji sorgum menghasilkan 1 liter bioetanol.

Tanggal Tayang : 19-6-2007
Sumber :http://www.indobiofuel.com/gratis%201.php