Pengembangan Biodiesel RNI Terkendala Budidaya

SUMBER : http://www.indobiofuel.com/Berita%20RNI.php


Program pengembangan biodiesel jarak PT Rajawali Nusantara Indonesia (RNI) kini tersendat, terkendala belum adanya teknis budidaya jarak pagar yang memenuhi standar usaha perkebunan.

“Hingga kini produksi biji jarak yang dihasilkan RNI dan mitra binaannya baru mencapai 18.390 kg. Rata-rata produksi hanya 0,5-1,0 ton biji kering per hektare (ha) per tahun, demikian pula rendemen hanya mencapai 21%,” ujar Deputi Direktur Riset dan Sistem Informasi PT RNI Noegroho D Soetardjo kepada Investor Daily di Jakarta, akhir pekan lalu.

Dia mengatakan, untuk operasional 10 pabrik gula (PG) RNI dibutuhkan biji jarak sekitar 2,7 juta ton per tahun, yang akan menghasilkan minyak jarak 810 ribu liter. Itu pun jika rendemen biji jarak pagar (Jatropha curcas Linnaeus) mencapai 30%.

Noegroho menjelaskan, sudah banyak lembaga penelitian, perusahaan swasta, maupun instansi pemerintah berlomba-lomba menciptakan energi baru dari biji jarak itu. Dia menilai, hal ini lebih karena eforia pengembangan bahan bakar alternatif dari jarak, yang digembar-gemborkan biaya produksinya sangat murah.

Apalagi, tingginya harga minyak mentah dunia yang sempat menyentuh US$ 70 per barel, membuat pemerintah nampak bersungguh-sungguh mengembangkan jarak untuk substitusi solar di masa mendatang.

Teknis Budidaya Penting

Noegroho menjelaskan, RNI merupakan salah satu perintis pengembangan jarak pagar untuk bahan bakar. Upaya pencarian bahan bakar alternatif ini telah dilakukan perusahaan sejak 2001, untuk mengurangi biaya produksi 10 PG-nya yang tersebar di Pulau Jawa.

“Beberapa pakar memang mengatakan jarak bisa menghasilkan 3-5 ton biji kering per ha per tahun, namun ternyata produksi sebesat itu baru bisa dihasilkan pada tahun kelima. Itu pun tergantung lokasi lahan dan teknik pembudidayaannya,” lanjut Noegroho yang menjabat sebagai ketua Tim Pengembangan Minyak Jarak Pagar PT RNI.

Noegroho mengungkapkan, saat ini teknis budidaya di lapangan menjadi faktor penting dalam pengembangan minyak jarak pagar. Tanpa mengindahkan kaidah budidaya standar usaha perkebunan, hasil produksinya akan jauh dari harapan. Standar budidaya yang bagus itu harus diaplikasikan mulai dari penanaman, pemeliharaan, hingga pengolahan pascapanennya.

Dia menegaskan, penjelasan selama ini bahwa jarak cocok di lahan marjinal atau nonproduktif harus dikoreksi. Pasalnya, persepsi itu keliru dan tidak menjelaskan secara detail apakah konsep lahan marjinal berkaitan dengan lahan kering, lahan miskin hara, atau lahan berbatu.

“Benar, jarak pagar merupakan tanaman yang mudah beradaptasi sangat baik. Namun harus dibedakan apakah tanaman tersebut bisa berproduksi dengan baik, atau hanya sekadar tumbuh baik,” ucap dia.

Permasalahan itu harus segera dijelaskan secara gamblang kepada para petani di daerah. Pasalnya, agar bisa menghasilkan biji jarak yang baik ternyata tanaman tetap perlu diberi input produksi yang cukup, seperti pupuk, benih unggul, dan pengairan yang baik.

Persoalan pemetikan buah yang layak panen, kata Noegroho, juga menjadi kendala. Oleh karena teknik pemetikan itu sering diabaikan kalangan pembudidaya, banyak buah yang akhirnya gugur sebelum masak.

Dia menjelaskan, masaknya buah jarak pada satu tangkai tidak serentak. Buah yang rata-rata berjumlah 20 dalam satu tangkai itu hanya separuhnya yang masak (buah berwarna kuning), sehingga sisanya sering rusak akibat
pemetikan yang tidak benar.

“Masih pada proses pemetikan, pengawasan panen harus ketat agar buah hijau yang belum masak tidak ikut terpanen. Jika yang mentah ikut tercampur, akan menurunkan kadar minyak jarak pagar,” paparnya.

Di tempat terpisah, Direktur Eksekutif Lembaga Riset Perkebunan Indonesia (LRPI) Didiek Hadjar Goenadi mengatakan, pengembangan jarak sebagai biofuel juga terkendala minimnya pasar dan sangat rendahnya harga yang ditawarkan pabrik. Hingga saat ini, harga biji jarak petani hanya Rp 700 per kilogram (kg), sementara itu harga yang layak sekitar Rp 2.000 per kg

Tanggal Tayang : 24-4-2007
Sumber : investor dailly

Tinggalkan komentar